Andi Bahar, Jemaah Asal Palembang Berbagi Tips Tidak Salah Jalan di Masjidil Haram
By Admin
nusakini.com-- Namanya Andi Bahar (60). Pria paruh baya asal Palembang ini sedang duduk di salah satu sudut pintu Marwah Masjidil Haram, saat tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah menemuinya.
Andi Bahar mengaku sedang santai usai Salat Asar. Dia berencana akan terus berada di Haram untuk menunggu Salat Magrib dan Isya berjamaah. Setelah itu, baru kembali pulang ke pemondokannya di Hotel Al Faisal (710), kawasan Raudhah.
Berbeda dengan beberapa jemaah lainnya yang sering tampak bingung saat sendiri, Andi Bahar justru terlihat nyaman, meski tidak ada kawan yang menyertai. Dia pun berbagi tips agar tidak salah jalan selama berada di Masjidil Haram.
"Yang saya lakukan saat pertama kali datang ke sini adalah, pergi kelilng, melihat situasi dan kondisi, jalan di mana dan pintu di mana. Itu yang perlu kita ketahui terlebih dahulu sehingga ketika lepas dari teman kita tahu jalan karena sudah tahu nomor pintu sekian," tuturnya, Jumat (26/8).
Sebagai orang tua, Andi Bahar mengaku perlu memahami situasi dan kondisi Masjidil Haram, karena tidak selamanya bisa terus bersama dengan teman-teman lainnya. Apalagi jika kondisi semakin padat, potensi terpisah dari rombongan akan semakin besar.
"Alhamdulillah, namanya orang tua, perlu lihat situasi dan kondisi. Dengan tahu jalan, kita bisa tahu letak pintu di mana dan terminal bus kita di mana. Sehingga tidak terlalu bingung," ujarnya.
Dengan memahami situasi dan kondisi Masjidil Haram, Andi Bahar mengaku lebih tenang saat berada di Masjid karena tidak tergantung dengan teman. Menurutnya, sebagian teman yang lain masih sangat tergantung dengan temannya sehingga ingin terus bersama. Berbeda dengan itu, Bahar merasa tidak harus selalu bersama-sama saat di Haram. Kalau berbarengan lebih baik, tapi kalau ternyata terpisah dia juga tidak merasa bingung.
"Kadang saya sendirian nongkrong. Habis salat Isya baru pulang," tambahnya. Sebagai jemaah yang tinggal di sektor 7, dia tahu rute pulangnya melalui terminal Syib Amir, naik bus nomor 9 yang akan mengantarnya ke pemondokan.
Ditanya soal makan, pria yang tergabung dalam kloter 5 Embarkasi Palembang (PLM 05) ini mengaku tidak khawatir karena makan sudah disiapkan di pemondokan. Katering makan siang dia santap sebelum berangkat Salat Duhur berjamaah di Masjidil Haram. Sedangkan makan malam, disantapnya sepulang Salat Isya.
"Makan sudah disiapkan, tinggal santap kalau pulang. Rasa makanannya sama dengan di Indonesia, hampir tidak ada bedanya," tandasnya. (p/ab)